Wisatanews.id, – Tak hanya di Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah juga memiliki destinasi wisata religi yang cukup populer. Salah satu kawasan wisata religi tersebut adalah kota Semarang yaitu makam Mbah Depok.
Semakin berkembang, makam Mba Depok semakin cantik. Wisata religi muslim ini terletak di Jalan Depok, di desa Kembangsari, di kota Semarang.
Menurut laporan dari situs resmi Disparbud Kota Semarang, makam Habib Tokha yang lebih dikenal dengan makam Mbah Depok ini dulunya berada di belakang pertokoan dan harus masuk gang-gang kecil untuk menuju kawasan di dalam Mbah Depok. makam. Setelah direnovasi, bangunan berarsitektur Timur Tengah ini kini terlihat begitu megah dari Jalan Depok karena bangunan ruko di depannya sudah dibongkar.
Habib Toha bin Muhammad bin Yahya adalah anak dari Habib Muhammad Kodley bin Toha bin Yahya, dimana Habib Muhammad Kodley adalah Datuk Maulana Habib Lutfi yang pertama kali datang ke Indonesia.
Habib Toha terlibat dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Ia dan pasukan Kerajaan Mataram ikut berperang dan mengusir penjajah. Habib Toha tinggal di kota Semarang hingga wafatnya sekitar tahun 1799 dan dimakamkan di kawasan Depok kota Semarang.
Banyak orang yang melewati kawasan Depok mengira bangunan ini adalah masjid karena dari kejauhan terlihat seperti masjid. Solusi arsitektur dengan dominasi warna putih dengan kubah hijau menjadikan makam Mbah Depok semakin megah dan indah.
Makam Habib Tokha biasanya selalu ramai dikunjungi peziarah pada hari minggu dan malam jumat, tidak hanya peziarah dari kota semarang, tetapi juga banyak peziarah dari luar kota. Selain itu, setahun sekali diadakan acara Haul Habib Toha yang dilaksanakan pada bulan Syawal dalam penanggalan Hijriah.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan dan ingin merasakan suasana gulat bisa datang ke Monumen Bambu Runcing Rapang Sulawesi.
Harga tiket: Gratis, Jam kerja: 24 jam, Alamat: Rapang, Kek. Pancha Rijang, Kamar. Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan; Map:Pemeriksaan lokasi
Monumen Bambu Runcing merupakan situs bersejarah bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Tugu tersebut merupakan salah satu bukti perjuangan rakyat Indonesia melawan Belanda. Karena sejarah sejarah inilah, Monumen Bambu Runcing Rappang kini menjadi kebanggaan tersendiri.
Perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari senjata bambu runcing. Senjata tradisional Indonesia ini menjadi saksi bisu bagaimana Belanda bisa pergi meninggalkan tanah air ini. Tentu saja, pada saat itu tidak mudah.
Untuk mengenang segala perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda, dibangunlah tugu Bambu Runcing di Sulawesi Selatan. Monumen tersebut memiliki daya tarik yang membuatnya ramai dikunjungi hingga saat ini.
Atraksi Monumen Bambu Runcing Rappang
Padahal, masih banyak monumen lain di berbagai daerah di Indonesia. Ada juga tugu bambu runcing di Surabaya yang tak kalah terkenal dengan tugu di Rapanga. Namun tugu bambu runcing Rappang Sulawesi ini memiliki daya tarik tersendiri.
1. Wi-Fi gratis
Pada tahun 2020, Pemkab Sidrap melalui Dinas Komunikasi dan Informatika akan menyediakan Wi-Fi gratis di tugu tersebut. Hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas permintaan bupati setempat.
Dengan layanan ini, masyarakat yang berkunjung ke monumen bisa mendapatkan akses internet gratis. Jam buka dari Senin hingga Jumat, mulai pukul 18:00 hingga 06:00. Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu akses internet dapat dilakukan 24 jam sehari.
Nah, untuk bisa menggunakan layanan tersebut, pengunjung tidak perlu menggunakan akun atau password, karena bisa langsung terkoneksi ke internet. Throughput Wi-Fi di area ini juga tinggi dan mencapai 100 Mbps.
2. Area yang luas
Areal monumen ini juga sangat luas. Dengan demikian, tempat ini tidak hanya digunakan sebagai tempat bersantai dan mengingat jasa-jasa para pejuang Indonesia, tetapi juga sebagai tempat bermain anak-anak.
Karenanya, saat tamu datang ke sana, banyak anak-anak yang bermain di sana. Itu adalah pemandangan alami di daerah itu di malam hari. Namun, juga menciptakan suasana yang menyenangkan di sekitar monumen.
3. Memberikan informasi sejarah
Daya tarik utama dari Monumen Bambu Runcing Rappang adalah sejarah sejarahnya. Jadi kalau ke sana, akan banyak simbol perjuangan Sulawesi Selatan melawan penjajahan Belanda.
Oleh karena itu, tugu ini tidak hanya menjadi tempat yang tepat untuk bersantai, tetapi juga dapat menjadi lingkungan yang cocok untuk pembelajaran sejarah, khususnya bagi anak-anak. Sehingga para orang tua bisa membawa anaknya kesana dan membicarakan peristiwa bersejarah ini.
Beri tahu anak-anak bahwa ini adalah pertama kalinya bendera Indonesia dikibarkan di sini setelah perjuangan panjang melawan Belanda. Dengan begitu, rasa nasionalisme dan pengetahuan sejarah anak juga akan meningkat.
4. Patung prajurit Indonesia
Monumen ini memiliki banyak patung perjuangan. Ikon tempat ini tentu saja adalah patung seorang pejuang dengan perban di kepalanya dan dengan tombak bambu di tangannya.
Tak hanya itu, ada patung dua pejuang Indonesia yang sedang mengibarkan bendera. Pada malam hari, patung-patung itu terlihat lebih bagus karena dikelilingi oleh lampu warna-warni.
5. Banyak jajan
Pinggir jalan di sekitar Bambu Runcing Rappang Sulawesi juga banyak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka jajanan dan minuman. Dengan demikian, wisatawan tidak perlu khawatir kelaparan atau kehausan saat datang ke sini.
Apalagi jika mengunjungi tugu pada malam hari. Suasana malam hari yang dipenuhi dengan lampu hias taman bisa semakin sempurna jika Anda menghabiskannya dengan kuliner di area tersebut.
Alamat dan rute menuju lokasi
Jika ingin datang ke tugu, alamatnya mudah ditemukan di Google Maps. Tempatnya terletak di Rappang, Panka Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.
Tepatnya di sebelah utara RS Arifin Nu’Mang Rappang atau di sisi jembatan di atas Sungai Salo Lautang. Karena lokasinya yang sangat strategis, pengunjung dapat mencapainya dengan berbagai moda transportasi. Pintu masuknya juga bagus.
Sehingga lebih baik bagi wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan untuk singgah di tugu ini. Sesampainya di sana, wisatawan bisa merasakan suasana berbeda yang tidak ditemukan di tempat lain di Sulawesi Selatan.
Biaya masuk ke objek wisata
Bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana sejarah dan wisata di kawasan tugu, pengunjung tidak perlu membayar apapun karena tiket masuknya gratis. Pengunjung juga bisa datang ke sana kapan saja karena tempat ini buka setiap hari selama 24 jam.
Dengan demikian, tempat ini sangat ideal untuk liburan murah bersama keluarga atau teman. Pengunjung hanya perlu menyiapkan dana untuk membeli makanan atau minuman di sana. Namun, pengunjung juga diperbolehkan membawa makanan dan minuman sendiri.
Kegiatan menarik di Tugu Bambu Runcing Rappang
Jika berkunjung ke Monumen Bambu Runcing Rappang, wisatawan bisa melakukan beberapa aktivitas menarik di sana. Di sini kami menawarkan daftar ide hal-hal yang dapat dilakukan di kawasan wisata populer Sulawesi Selatan ini.
1. Santai
Kebanyakan orang datang ke monumen untuk menikmati pagi atau sore hari yang santai. Terdapat banyak tempat duduk di area tersebut, sehingga pengunjung dapat menikmati suasana sekitar sambil bersantai.
Karena sangat cocok digunakan sebagai tempat berlibur, berwisata bersama teman, keluarga atau pasangan di tempat ini sangat bisa dilakukan. Ada banyak tempat duduk atau piknik kecil.
Apalagi sekarang di tempat itu ada Wi-Fi gratis. Hal ini memungkinkan pengunjung untuk beristirahat di sana dalam waktu yang lama tanpa merasa bosan. Tempat ini juga memiliki pepohonan sehingga pengunjung tidak kepanasan dan tetap sejuk.
2. Berburu jajan
Bagi pengunjung yang hobi memasak, tugu ini juga merupakan jawaban terbaik. Jangan lewatkan kesempatan untuk mencari aneka kuliner khas Sulawesi Selatan yang dijajakan pedagang kaki lima di sepanjang sisi monumen.
3. Mainkan di siang hari
Tempat ini juga dijadikan tempat bermain anak-anak terutama pada sore hari. Sehingga, tempat ini cocok untuk anak-anak bermain.
Pengunjung yang memiliki anak dan yang berkunjung ke Sulawesi Selatan lebih baik datang ke tugu ini. Selain bersenang-senang, anak-anak juga bisa dididik tentang sejarah dan makna perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan.
Layanan yang tersedia di kawasan wisata
Di wilayah itu ada area rekreasi dan taman bermain. Ada juga area pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman.
Sekarang tugu Bambu Runcing Rappang masih berdiri. Tugu ini dapat membantu kita memahami apa yang dimaksud dengan Tugu Bambu Runcing. Jika Anda berkunjung, pastikan para pengunjung menjaga kebersihannya.
Wisatanews.id– Indonesia Timur memang terkenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Salah satunya di desa wisata Bonto Masunggu yang terletak di perbatasan Kabupaten Pangkep, Bone, Barru, Sulawesi Selatan.
Di desa wisata ini Anda akan menemukan beberapa air terjun dengan pemandangan yang bervariasi. Keindahan air terjun di sini menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Menurut situs resmi Kemenparekraf Jadesta, Desa Bonto Masungu terletak di Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Pangkep di sebelah selatan, dan Kabupaten Barru di sebelah barat dan utara.
Dari kota Makassar berjarak sekitar 87,5 km dengan jalan raya kabupaten Pangkep. Desa ini terletak di antara Gunung Bulusaraung dan Gunung Tondong Karambu dimana sebagian tanahnya digunakan sebagai kawasan pertanian.
Beberapa air terjun yang mengalir menuruni dua gunung terlihat jelas dari pusat desa. Desa ini terdiri dari dua desa yaitu desa Elle dan Tokella.
Terdiri dari 1.009 orang, sebagian besar penduduk desa menggunakan hasil alam untuk mata pencaharian mereka melalui pertanian, hortikultura dan peternakan.
Produk pertanian yang dihasilkan: padi, kacang tanah, jagung dan umbi-umbian. Beberapa tahun terakhir, penduduk desa menanam porang, sejenis umbi-umbian yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung, kosmetik, dan minuman tinggi serat dan rendah kalori.
Tanaman lain yang baru-baru ini dibudidayakan oleh penduduk desa adalah jamur tiram. Warga sendiri yang membuat media tanam tersebut dan kemudian memanfaatkannya di kolong rumah sebagai tempat bercocok tanam.
Banyaknya pohon aren di desa ini juga membuat sebagian penduduk desa bekerja sebagai penghasil gula aren. Selain bercocok tanam, penduduk desa juga memelihara beberapa jenis hewan seperti sapi dan kuda.
Lahan pertanian dan perkebunan di desa ini tertata rapi dan tertata apik, dikelilingi pegunungan dengan air terjun.
Beberapa tempat dengan air terjun yang biasa menjadi tujuan wisata bagi warga desa maupun masyarakat luar adalah Air Terjun Lamassua yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Untuk menuju air terjun ini, wisatawan harus berjalan kaki melewati persawahan dan hutan selama kurang lebih 20 menit.
Kemudian air terjun Poppinyeng. Dalam perjalanan menuju air terjun ini, mata dimanjakan dengan pemandangan hamparan sawah.
Sedangkan Air Terjun Tarung Tarung merupakan air terjun yang paling dekat dengan pemukiman penduduk. Air terjun ini memiliki dua tingkatan.
Harga tiket: Gratis, Jam kerja: 24 jam, Alamat: Jl. Plosokouning Raya No.99, Ploso Kooning IV, Minomartani, Kek. Ngalik, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta; Map:Pemeriksaan lokasi
Masjid Patok Negoro bukan hanya tempat ibadah, tapi juga kartu kunjungan kota Jokya. Masjid ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan memiliki sejarah yang panjang. Meski bukan objek wisata, banyak pengunjung yang datang ke sini setiap hari.
Tujuan utamanya memang ibadah, tapi ada juga yang ingin belajar lebih dalam tentang sejarah Yogyakarta. Selain itu, banyak yang tertarik dengan arsitektur bangunan yang memiliki makna filosofis. Masjid ini sangat tua, ratusan tahun, lebih dari 300 tahun tepatnya.
Meski begitu, kondisinya masih bagus dan terlihat sangat terawat. Sejarah masjid ini tidak lepas dari Kyai Muhammad Fakih yang juga guru dari Sri Sultan Hamengku Buwono I. Ia mengusulkan agar menunjuk Patoka Negoro, yang berarti orang yang mengajarkan agama di setiap daerah.
Daya Tarik Masjid Patok Negoro
Sebelumnya perlu diketahui bahwa Masjid Patok Negoro bukan hanya satu masjid. Artinya ada 5 masjid, dan masing-masing berada di wilayah yang berbeda. Kesemua masjid tersebut menjadi daya tarik tersendiri, baik dari segi sejarah maupun keunikan desain bangunannya.
1. Masjid An-Nur Mlangi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah. Selain itu, kelima masjid ini merupakan satu kesatuan yang menjadi ciri khas Jogja. Setiap masjid dibangun di atas mata angin, hanya satu masjid yang dikecualikan, yaitu di tengah dan merupakan masjid utama.
Contohnya adalah masjid An-Nur Mlangi yang menempati posisi di sebelah barat mata angin. Lebih tepatnya, masjid ini terletak di barat laut Jokji atau Pantai Selatan. Letaknya yang strategis membuat tidak mudah untuk menemukannya, apalagi dekat dengan pusat kota. Sebagai informasi tambahan, masjid ini dibangun pada tahun 1758 oleh Kyai Nur Iman.
2. Masjid Nurul-Khuda Dongkelan
Berikutnya adalah Masjid Nurul-Khuda Dongkelan yang merupakan salah satu dari lima masjid Patok Negoro lainnya yang menempati bagian selatan. Masjid ini lebih muda dari masjid sebelumnya yang dibangun pada tahun 1775. Sejarah panjang yang kurang baik mewarnai masjid yang pernah dibakar tentara Belanda pada masa penjajahan ini.
Masjid ini dibangun oleh Kyai Sihabudin dan luasnya 1000 meter persegi. Pada masa pembakaran oleh tentara Belanda pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro, masjid ini kemudian dipugar pada abad ke-20, tidak seperti aslinya, namun rekonstruksinya tidak menghilangkan bangunan utama dan ciri khasnya.
3. Masjid Ad Darodjat Babadan
Masjid ketiga Patok Negoro menempati bagian timur, namanya masjid Ad Darojat Babadan. Struktur aslinya dibangun pada tahun 1774 dan digusur oleh tentara Jepang pada tahun 1943. Setelah kemerdekaan Indonesia, masjid ini dibangun kembali sesuai bentuk dan arsitekturnya yang khas.
Keunikan dari masjid ini adalah memiliki arsitektur bangunan Jawa dimana atapnya berbentuk limas. Sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu, hanya sedikit yang dibangun dari tembok untuk memperkuat posisinya. Keistimewaan lain terlihat pada kolam yang mengelilingi masjid, fungsinya sebagai tempat wudhu umat yang akan memasuki masjid.
4. Masjid Sultoni Plosokuning
Masjid Sultoni Plosokuning merupakan masjid selanjutnya yang merupakan bagian dari Masjid Patok Negoro. Menempati bagian utara, masjid ini dibangun oleh Kyai Mursodo pada tahun 1724. Seperti masjid sebelumnya, kali ini juga dilengkapi dengan bangunan berbentuk piramida, sesuai dengan rumah adat Jawa.
Namun, ada perbedaan yang mencolok, yakni pada bagian atapnya terdapat gada yang bentuknya mirip dengan Alif. Seperti masjid pada umumnya, mengunjungi tempat ibadah ini juga mudah karena lokasinya yang strategis. Masjid ini pernah dipugar karena keadaannya yang bobrok saat itu, namun tidak pernah mengubah bangunan utamanya.
5. Masjid Takwa Wonokromo
Terakhir dan sekaligus masjid utama Patok Negoro adalah Masjid Takwa Wonokromo. Masjid ini dibangun lebih dulu dan juga yang tertua. Kyai Mohammad Fakih, beliaulah yang membangun masjid ini di atas lahan luas pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Sebagai masjid utama, ia berada di tengah-tengah masjid lainnya. Jika masjid lain dibangun menurut arah angin yang berbeda, maka masjid ini tidak. Posisinya di tengah tidak menunjukkan arah mata angin. Namun tetap memiliki keunikan tersendiri, yaitu dibangun selaras dengan sumbu simetri antara Gunung Merapi dan Laut Selatan.
Alamat dan rute menuju lokasi
Dari pembahasan di atas, mungkin Anda sudah paham bahwa Masjid Patok Negoro terletak di tempat yang berbeda. Anda tidak dapat langsung mengunjungi tempat ini, tetapi Anda harus melakukan perjalanan ke setiap tempat. Jika ingin ke Masjid Ad Darojat silahkan datang ke Babadan, Banguntapan, Bantul, D.I. Yogyakarta.
Masjid An-Nur yang telah disebutkan sebelumnya terletak di Desa Mlangi, Desa Nogotirto, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta. Tempatnya dekat dengan pusat kota, jadi bisa datang dengan kendaraan umum atau pribadi. Sedangkan Masjid Sulthoni terletak di Desa Plosokuning, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman.
Selanjutnya Masjid Nurul-Khuda silahkan datang ke Dongkelan Cauman, Desa Tirtonirmolo, Bantul, D.I. Yogyakarta. Di antara semua masjid tersebut, masjid utama Patok Negoro yang dikenal dengan nama Masjid Takwa berada di lokasi yang paling strategis. Alamatnya terletak di Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.
Sebagai aturan, Anda harus membayar biaya masuk saat mengunjungi tujuan ini. Namun berbeda untuk saat ini, karena bukan objek wisata, jadi tidak perlu menyiapkan tiket masuk. Namun, tidak ada salahnya membelanjakan, jika Anda memiliki rejeki lebih, silakan disumbangkan ke kotak amal yang telah disediakan.
Acara menarik di Masjid Patok Negoro
Masjid ini terutama digunakan sebagai tempat ibadah dan bukan sebagai tempat wisata. Namun karena menarik, tak jarang wisatawan penasaran dan ingin mengunjunginya. Selama berada di lokasi, Anda dapat melakukan beberapa kegiatan yaitu:
1. Ibadah
Tentunya yang pertama dilakukan di Masjid Patok Negoro adalah beribadah sesuai dengan fungsi utamanya. Di sini Anda bisa sholat berjamaah saat waktunya tepat. Jika waktunya belum tiba, masih banyak ibadah lain yang bisa dilaksanakan. Contohnya adalah sholat sesuai sunnah, membaca Al-Qur’an, zikir dan segala sesuatu yang berpahala.
2. Lihat keunikan arsitekturnya
Setiap masjid memiliki desain yang berbeda namun sangat kental dengan adat Jawa. Oleh karena itu, kegiatan menarik selanjutnya adalah melihat arsitektur bangunan. Misalnya Masjid Ad-Darojat yang di sekelilingnya terdapat kolam tempat Anda bisa membasuh kaki sebelum masuk masjid.
3. Pelajari budaya Islam
Kegiatan selanjutnya di Masjid Patok Negoro adalah kajian budaya Islam. Memang tidak ada guru atau juru kunci untuk menjelaskan cerita yang dimaksud, namun Anda bisa mengetahuinya sendiri dari desain bangunannya. Misalnya masjid yang diukir dengan kaligrafi yang menjadi ciri khasnya, atau pada gendang kuno yang masih berfungsi.
Layanan tersedia di area masjid
Bukan objek wisata tapi dari segi fasilitas masih memadai dan layak pakai. Setiap masjid memiliki tempat parkir yang luas, namun disarankan untuk datang dengan sepeda motor. Ada juga toilet dan tempat wudhu, silahkan digunakan sesuai peruntukannya. Jika lelah, silakan istirahat di serambi masjid seperti pengunjung lainnya.
Masjid Patok Negoro merupakan objek wisata non-wisata di Yogya yang menawarkan banyak hal menarik untuk dilakukan. Namun jika ingin mendalami sejarah dan budaya Islam, tidak ada salahnya untuk berkunjung. Juga mungkin jika Anda lelah berwisata ke pantai, gunung atau wahana permainan, masjid ini bisa menjadi alternatif.
Wisatanews.id,- Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu objek wisata utama yang wajib dikunjungi wisatawan di Bali. Bertengger di atas tebing curam, Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu dari enam pura utama yang dianggap sebagai pilar spiritual Bali.
Terkenal karena lokasinya yang megah dan pemandangan laut yang menakjubkan, candi ini berdiri dengan latar belakang matahari terbenam yang menakjubkan.
Pura Uluwatu terletak di Desa Pekatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 30 km sebelah selatan kota Denpasar. Pura Uluwatu disebut juga Pura Luwur merupakan salah satu pura dari Taman Kahyangan, yaitu enam Pura Kahyangan yang dianggap sebagai pilar spiritual Bali.
Menurut situs resmi Perpustakaan Nasional Indonesia, Pura Uluwatu menempati kawasan di atas tebing tinggi yang menjorok ke Samudera Indonesia pada ketinggian sekitar 70 m di atas permukaan laut. Karena letaknya di atas batu karang, untuk mencapai lokasi candi harus menaiki tangga batu yang agak tinggi. Bangunan pura ini menghadap ke timur, tidak seperti pura lainnya di Bali yang biasanya menghadap ke barat atau selatan. Ratusan kera berkeliaran di sepanjang jalan di tepi luar pura. Meski terlihat jinak, monyet-monyet ini kerap mengganggu pengunjung dengan merebut makanan atau barang.
Di ujung jalan yang menanjak, terdapat dua pintu masuk ke kompleks candi, satu terletak di utara dan satu lagi di selatan. Pintu masuk berupa gapura terbuat dari batu. Di depan gapura berdiri sepasang arca berbentuk manusia berkepala gajah dalam posisi berdiri. Dinding fasad gapura dihiasi dengan ukiran halus dengan motif daun dan bunga.
Di bagian dalam, di belakang gapura, terdapat lorong dengan tangga batu menuju ke halaman. Lorong terbuka ini dinaungi oleh pohon-pohon yang ditanam di sepanjang sisi kiri dan kanan lorong.
Pelataran adalah pelataran terbuka. Lantai pekarangan ditutupi ubin batu yang tertata rapi. Di dekat pintu gerbang, di sisi utara, terdapat sebuah bangunan kayu. Di sebelah barat, di seberang pintu masuk terdapat gapura paduraksha, yaitu pintu masuk menuju pelataran yang lebih dalam.
Berbeda dengan gapura luar, gapura ini merupakan gapura beratap batu. Pintu masuk melengkung dan dibingkai oleh pasangan bata. Di atas ambang pintu ada kepala raksasa berukir. Bagian atas gapura berbentuk mahkota dan dihiasi dengan berbagai motif pahatan. Celah antara gapura dan tembok di kiri dan kanan pelataran ditutup oleh tembok yang juga dihiasi pahatan.
Di sebelah selatan terdapat pelataran kecil yang terbentang dan menjorok ke laut. Di ujung halaman, terdapat sebuah bangunan kayu yang terlihat seperti tempat orang duduk-duduk sambil memandangi lautan. Sejak dibangun, Pura Uluwatu telah banyak mengalami pemugaran. Bahkan, sekitar tahun 1999, bangunan candi ini pernah terbakar akibat sambaran petir.